Senin, 19 Oktober 2015

KONSEP DASAR ETIKA UMUM



A.        Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal yangbiasa, padang rumpt, kandang; kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, caraberpikir. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dalam arti terakhir inilah terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Ada juga kata moral dari bahasa Latin yang artinya sama dengan etika.

Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem nilai.Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kodeetik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagisuau penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.Amoral berarti tidak berkaitan dengan moral, netral etis. Immoral berarti tidak bermoral, tidak etis. Etika berbeda dengan etiket. Yang terakhir ini berasal dari kata Inggris etiquette, yang berarti sopan santun. Perbedaan keduanya cukup tajam, antara lain: etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, etika menunjukkan norma tentang perbuatan itu. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlaku baik baik saat sendiri maupun dalam kaitannya dengan lingkup sosial. Etiket bersifat relatif, tergantung pada kebudayaan, etika lebih absolut. Etiket hanya berkaitan dengan segi lahiriyah, etika menyangkut segi batiniah. Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan memunyai dua macam arti: keharusan alamiah(terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu). St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika .Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikp dan dola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.
Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan suatu ajaran.
Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan  semacamnya yang bersifat turun temurun.
Jadi moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup sedangkan etika adalah perwujudan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu.
Pada dasarnya keduanya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan “inilah caranya harus melangkah”, Sedangkan  etika justru mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan cara ini dan mengapa harus dengan cara ini”

PENGERTIAN MORAL:
Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat peran lain, kehendak,pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan yang lainya kit adapt mengatakan bahwa anatra etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik atau buruk. Namun demikian dalam hal etika dan moral memiliki perbedaan, dengan demikian tolak ukur yang digunakan dengan moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di masyarakat. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang di nilai, sedangkan etika di pakai untuk system nilai yang ada. Teori moral mencoba memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan masalah-masalah etik.

Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan moral.

1.Menurut kamu Kamus Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena) : Ajaran tentang baik buruk yang di terima umum mengenaik akhlak-akhlak dan budi pekerti, kondisi mental yang memperngaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin, dll.

2.Ensiklopedia Pendidikan : Suatu istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat-sifat, corak-corak,maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-perbuatanyang layak dapat dinyatakan baik/buruk, benar/salah, Lawannya amoral, Suatu istilah untuk menyatakan bahwa baik-benar itu lebih daripada yang buruk/salah.

Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler.Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab untuk hal ini orangtinggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di bidang moral.Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agamadan hanya bersifat diniawi semata-mata. Bagi kita umat beragama, tentu moralkeagamaan yang harus dianut dan bukannya moral sekuler.
Karma etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai filsafat moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau buruk, yang secara umum dapatdipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Dan moral diartikan mengenai apa yang dinilainya seharusnya oleh masyarakat dan etika dapat diartikan pula sebagai moral yang ditujukan kepada profesi. Oleh karena itu etika profesi sebaiknya juga berbentuk normatif.

B.     Pembagian Etika
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, kita menemukan 2 macam etika:
v  Etika deskriptif, berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya
v  Etika normatif, berbicara mengenai norma-norma yang menentukan tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya adalah etika deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku dan sikap yang   mau diambil sedangkan etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang diputuskan.
Secara umum norma dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
v  Norma khusus, contohnya bermain bola
v  Norma umum, terdiri dari:
Ø  Norma sopan santun, contohnya cara bertemu, makan, duduk dan sebagainya
Ø  Norma hukum, lebih tegas dan pasti karena dijamin oleh hukum terhadap para penggarnya
Ø  Norma moral, yakni aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Penilaiannya bukan berdasarkan profesi tetapi manusia yang menjalankan profesi tertentu.

C.    Sistematika Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:
v  Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
v  Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral dasar”
Ø  Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri
Ø  Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota manusia 

D.    Pendapat dan Aliran dalam Etika

    Etika Deontology

Deontolgi berarti kewajiban (duty) maksudnya bahwa manusia ditekankan untuk berbuat baik. Menurut etika ini suatu tindakan dikatakan baik bukan nilai berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri.
Menurut Immanuel Kant (1764 – 1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya.
Ada 2 pokok yang ditekankan oleh Kant:
v  Tidak ada di dunia ini yang dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik.
v  Tindakan yang baik adalah tindakan yang dijalankan demi kewajiban.

    Etika Teleologis

Teori ini mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
            Ada 2 aliran etika teleologis
v  Egoism
Menurut aliran yang dapat dinilai baik itu adalah sesuatu yang memberi mandaat bagi kepentingan diri, kepada vakunya. Sebab itu orang seperti ini disebut egoisme 
v  Utilitarianisme
Paham ini menilai baik dan tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau faedah yang didatangkannya.
Dikenalkan ada 2 jenis yaitu:
Ø  Utilisme Individual
Paham ini menganggap seseorang boleh bersikap sesuai dengan situasi yang menguntungkan dirinya. Jadi boleh berpura-pura hormat, bersikap menjilat asalkan perbuatan membwa keuntungan bagi individu
Ø  Utilisme Sosial
Paham ini beranggapan demi  untuk kepentingan orang banyak tidak ada berdusta, tidak apa bermulut manis. Dipakai dalam kelangkaan politis atau diplomatik

Egoism menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan bagi diri sendiri, sedangkan utilisme menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan bagi banyak orang
    Universitas
Berarti umum. Universalisme sebagai ajaran etika berarti sesuatu dapat dinilai baik bila dapat memberikan kebaikan kepada orang banyak. Universalisem berarti memikirkan kepentingan umum dimana kepentingan individu tidak terpadat di dalamnya.
    Intuitionisme
Berasal dari kata intuition: ilham, bisikan kalbu. Paham ini berpendapat bahwa baik buruknya atau susah tidaknya dapat merupakan suatu pertimbangan rasa yang timbul dari bisikan kalbu. Bukan merupakan pemikiran secara analisis tapi dengan jalan perenungan dan semadi.
Menurut psikologi dan sosiologi, ada 2 sumber kekuatan yang mempengaruhi perbuatan dan kelakuan seseorang:
Ø  Ekstern  : pengaruh pergaulan, ajaran/pendidikan, kebudayaan
Ø  Intern  : pengaruh cara berpikir, karsa/kemauan, insting, dan kejiwaan.

    Hedonism
Berasal dari kiat hedone : pleasure : kesenangan. Prinsipnya bahwa sesuatu dianggap baik sesuai dengan kesenangan yang didatangkan. Jadi semua yang mendatangkan kesusahan dianggap tidak baik.
Pengatnut ajaran ini biasanya boros dan memburu kesenangan tanpa melihat halal-haramnya  
    Eudemonisme
Berasal dari kata eudaemonisme : happy : bahagia, dengan menitik beratkan pada rasa.
            Prinsip ajaran menilai baik buruk sesuatu berdasarkan ada tidaknya kebahagiaan yang didatangkan. Walau menempuh jalan yang susah tapi didapatkan perasaan bahagia maka cara ini dianggap baik oleh aliran ini.
    Altruisem
Berasal dari kata alteri : others : prinsipnya mengutamakan kepentingan orang sebagai lawan kepentingan diri sendiri.
    Tradisional
Berasal dari kata tradisional : kebiasaan, adat-istiadat. Menurut paham ini susah tidaknya dinilai dari sebagai kebiasaan atau adat istiadat  yang berlaku. Apa yang memperkukuh tradisi dianggap baik dan yang menentang dianggap tidak baik.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal yangbiasa, padang rumpt, kandang; kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, caraberpikir. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dalam arti terakhir inilah terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Ada juga kata moral dari bahasa Latin yang artinya sama dengan etika.

Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem nilai.Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kodeetik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagisuau penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.Amoral berarti tidak berkaitan dengan moral, netral etis. Immoral berarti tidak bermoral, tidak etis. Etika berbeda dengan etiket. Yang terakhir ini berasal dari kata Inggris etiquette, yang berarti sopan santun. Perbedaan keduanya cukup tajam, antara lain: etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, etika menunjukkan norma tentang perbuatan itu. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlaku baik baik saat sendiri maupun dalam kaitannya dengan lingkup sosial. Etiket bersifat relatif, tergantung pada kebudayaan, etika lebih absolut. Etiket hanya berkaitan dengan segi lahiriyah, etika menyangkut segi batiniah. Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan memunyai dua macam arti: keharusan alamiah(terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu). St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika .Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

2.      Amoral dan Immoral
Amoral adalah sebuah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang karena kurangnya pengetahuan, memiliki kealinan atau belum cukup umur. Sedangkan immoral adalah tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang walaupun orang tersebut sudah tahu bahwa hal tersebut memang salah dan tetap melakukannya.
3.      Etika dan Etiket
Etika dan etiket memiliki persamaan yaitu etika dan etiket menyangkut tindakan dan prilaku manusia, etika dan etiket mengatur prilaku manusia yang normatif. Sementara itu ada beberapa perbedaan pokok antara etika dan etiket (lihat Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004:257):
a.       Etika menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang atau kelompok tertentu. Etiket memberikan dan menunjukan cara yang tepat dalam bertindak. Sementara itu etika memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut apakah suatu perbuatan bisa dilakukan antara ya dan tidak.
b.      Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Jadi etiket selalu berlaku ketika ada orang lain. Sementara itu, etika tidak memperhatikan orang lain atau tidak.
c.       Etiket bersifat relatif. Dalam arti bahwa terjadi keragaman dalam menafsirkan prilaku yang sesuai dengan etiket tertentu. Etika jauh lebih bersifat mutlak. Prinsip etika bisa sangat universal dan tidak bisa ada proses tawar menawar.
d.      Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementara etika lebih menyangkut aspek internal manusia. Dalam hal etiket, orang bisa munafik. Tetapi dalam hal dan prilaku etis, manusia tidak bisa bersifat kontradiktif.
4.       Moralitas
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Moralitas melibatkan kehidupan sosial maupun nonsosial. Moralitas didasarkan atas hasrat almiyah seseorang, untuk memperbaiki diri sendiri. Dan keinginan untuk mencapai cita-citanya.
5.      Subyektif .
Subyektif adalah cara berpikir yang terpengaruh oleh atau berdasarkan keyakinan atau perasaan pribadi tidak berbasis terhadap fakta. Sesorang yang lebih cenderung  berpikir Subyektif merupakan gaya berpikir yang dipengaruhi oleh atau berdasarkan keyakinan pribadi atau perasaan, bukan berbasis pada fakta. Seseorang yang kreatif  bahkan memiliki banyak ide didalam dirinya, itu semua karena dia memiliki kecenderungan subyektifitas, ini semua terjadi karena pola pikirnya yang mampu berimajinasi dan menggambarkan sebuah pemikiran atau informasi yang telah diterima. Namun demikian tidak semua orang yang berpikir subyektif dapat menjadi penemu atau pencetus ide yang baik, adakalanya mereka hanya mengembangkan berdasarkan apa yang mereka sudah pernah ketahui apapun.                                                                                                                                                              ;                                                                                                                                                                                   ;                                                                                                                                                                                                                                         
6.      Perbedaan etika Deskriptif, etika Normatif, dan Metaetika, hakekat etika filosofi
a.       Etika Deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau subkultur tertentu, oleh karena itu, etika deskriptif tidak memberikan pemikiran apapun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Sedangkan :
b.      Etika Normatif mendasarkan pendirinya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima sesorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia juga bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak. Etika normative berarti sistem-sistem yang dimaksud untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk (Lorens Bagus, kamus filsafat, 1996:217).
c.       Metaetika adalah kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis. Bahasa etis atau bahasa yang digunakan dalam bidang moral dikaji secara logis. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan 'baik' dan 'buruk'.
d.      Etika filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan malah dikenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua. Etika filsafat merupakan ilmu, tetapi sebgai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris, artinya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah meninggalkan fakta. Etika pada hakekatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. (Surajiyo:2005)
1. Persamaan etika dan etiket
persamaan yang mendasar antara etika dan etiket, persamaan itu adalah:
a). Etika dan etiket sama-sama menyangkut perilaku manusia.
b). Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative, yang artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru karena sifat normatif ini kedua istilah memang sering gampang dicampur adukkan

2. Perbedaan etika dan etiket
Dalam pembicaraan sehari-hari sering tidak bisa dibedakan antara etika dan etiket. Dengan kata lain sering kedua istilah ini dicampuradukkan. Keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang hakiki, perbedaan tersebut adalah:
a). Etiket berkaitan dengan cara suatu perbutan yang harus dilakukan. Misalnya jika anak menerima sesuatu dari orang lain, ia hartus menggunakan tangan kanan. Dia akan dianggap melanggar etiket kalau ia menggunakan tangan kiri untuk menerima sesuatu. Dengan kata lain, etiket adalah tata krama atau sopan santun. Di dalamnya terkandung kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang-orang yang telah beradab. Jadi etiket lebih membahas “apa yang sopan dan pantas”. Etika tidak terbatas pada cara yang dilakukan dalam suatu perbuatan. Etika justru memberi norma tentang suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Dengankata lain, etika justru lebih mendalam daripada etiket. Jadi etika justru menyangkut perbuatan itu sendiri, sementara etiket berkaitan dengan cara suatu perbuatan dilakukan.
b). Etiket hanya berlaku dalam interaksi ataupun relasi dengan sesama. Dengan kata lain bila tidak ada orang lain yang hadir dan melihat sebagai saksi mata dalam melakukan perbuatan, maka etiket sebenarnya tidak berlaku. Etika tidak bergantung akan hadirnya saksi, karena etika sendiri merupakan nilai yang menjadi norma dan mendasari suatu tindakan.
c). Etiket bersifat relative, yang artinya bisa berlaku dalam tempat, budaya, situasi tertentu namun tidak sama dalam tempat, budaya dan situasi yang lain. Etika jauh bersifat mutlak, kerana berlaku disetiap tempat, kebudayaan dan situasi serta tidak bisa ditawar-tawar atau diberi dispensasi.
d). Etiket memandang manusia hanya dari segi lahiriah saja, sedangkan etika justru menyangkut manusia dari segi mendalam. Orang bisa saja mengikuti tata cara secara penuh dan diperlihatkan dalam tindakan, akan tetapi batinnya justru bobrok dan penuh dengan kebusukan, banyak orang yang nampaknya baik akan tetapi justru melalui kebaikan yang ia tunjukkan dia justru mempunyai rencana yang jahat.







SUMBER BUKU :
( Mohmmad A. Shomali.Relativisme Etika. Press (ICAS), London: 2001)
(Sudirman Tebba. Etika Media Masa Indonesia. Ciputat Pustala Irvan: 2008)
(Prof. dr. Nina W Syam M.S. Filsafat Sebagai Akar Ilmu. Simbiosa Rekatama Media. Bandung : 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar