A.
Pengertian
Etika
Etika berasal dari
bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal yangbiasa, padang rumpt,
kandang; kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, caraberpikir. Etika (Yunani
Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah
sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dalam
arti terakhir inilah terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai
untuk menunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Ada juga kata moral dari bahasa
Latin yang artinya sama dengan etika.
Secara istilah etika
memunyai tiga arti: pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Arti ini bisa disebut sistem nilai.Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika
suku Indoan. Kedua, etika berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
Misalnya kode etik kedokteran, kodeetik peneliti, dll. Ketiga, etika berati
ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu bila
kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagisuau penelitian
sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.Amoral
berarti tidak berkaitan dengan moral, netral etis. Immoral berarti tidak
bermoral, tidak etis. Etika berbeda dengan etiket. Yang terakhir ini berasal
dari kata Inggris etiquette, yang berarti sopan santun. Perbedaan keduanya
cukup tajam, antara lain: etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus
dilakukan, etika menunjukkan norma tentang perbuatan itu. Etiket hanya berlaku
dalam pergaulan, etika berlaku baik baik saat sendiri maupun dalam kaitannya
dengan lingkup sosial. Etiket bersifat relatif, tergantung pada kebudayaan,
etika lebih absolut. Etiket hanya berkaitan dengan segi lahiriyah, etika
menyangkut segi batiniah. Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang
universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Pada binatang
tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang,
tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan memunyai dua macam
arti: keharusan alamiah(terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan
keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan
sesuatu). St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam
kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila
manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis
kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan
etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika .Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikp dan dola perilaku hidup manusia, baik secara
pribadi maupun kelompok.
Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan
bukan suatu ajaran.
Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita
harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam
ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan semacamnya yang bersifat turun temurun.
Jadi moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap
pakai tentang bagaimana kita harus hidup sedangkan etika adalah perwujudan
secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu.
Pada dasarnya keduanya memberi kita orientasi
bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya
moralitas langsung mengatakan “inilah caranya harus melangkah”, Sedangkan etika justru mempersoalkan “apakah harus melangkah
dengan cara ini dan mengapa harus dengan cara ini”
PENGERTIAN
MORAL:
Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat peran lain, kehendak,pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Jika pengertian etika dan
moral tersebut dihubungkan satu dengan yang lainya kit adapt mengatakan bahwa
anatra etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik atau
buruk. Namun demikian dalam hal etika dan moral memiliki perbedaan, dengan
demikian tolak ukur yang digunakan dengan moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di
masyarakat. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang di nilai,
sedangkan etika di pakai untuk system nilai yang ada. Teori moral mencoba
memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan masalah-masalah
etik.
Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan
moral.
1.Menurut kamu Kamus Bahasa Indonesia (Tim Prima
Pena) : Ajaran tentang baik buruk yang di terima umum mengenaik akhlak-akhlak
dan budi pekerti, kondisi mental yang memperngaruhi seseorang menjadi tetap
bersemangat, berani, disiplin, dll.
2.Ensiklopedia Pendidikan : Suatu istilah untuk
menentukan batas-batas dari sifat-sifat, corak-corak,maksud-maksud,
pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-perbuatanyang layak dapat dinyatakan
baik/buruk, benar/salah, Lawannya amoral, Suatu istilah untuk menyatakan bahwa
baik-benar itu lebih daripada yang buruk/salah.
Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral
keagamaan dan moral sekuler.Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua
orang, sebab untuk hal ini orangtinggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang
dikehendaki di bidang moral.Moral sekuler merupakan moral yang tidak
berdasarkan pada ajaran agamadan hanya bersifat diniawi semata-mata. Bagi kita
umat beragama, tentu moralkeagamaan yang harus dianut dan bukannya moral sekuler.
Karma etik berkaitan dengan filsafat moral maka
sebagai filsafat moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta
mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau
salah, baik atau buruk, yang secara umum dapatdipakai sebagai suatu perangkat
prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Dan moral diartikan mengenai apa yang dinilainya
seharusnya oleh masyarakat dan etika dapat diartikan pula sebagai moral yang
ditujukan kepada profesi. Oleh karena itu etika profesi sebaiknya juga
berbentuk normatif.
B. Pembagian Etika
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, kita
menemukan 2 macam etika:
v Etika
deskriptif, berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola
prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas
konkrit yang membudaya
v Etika
normatif, berbicara mengenai norma-norma yang menentukan tingkah laku manusia,
serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana
seharusnya berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya adalah etika deskriptif memberi fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku dan sikap yang mau diambil sedangkan etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
diputuskan.
Secara umum norma dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
v Norma
khusus, contohnya bermain bola
v Norma umum,
terdiri dari:
Ø Norma sopan
santun, contohnya cara bertemu, makan, duduk dan sebagainya
Ø Norma
hukum, lebih tegas dan pasti karena dijamin oleh hukum terhadap para penggarnya
Ø Norma
moral, yakni aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Penilaiannya bukan berdasarkan profesi tetapi manusia yang menjalankan profesi
tertentu.
C. Sistematika Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:
v Etika umum,
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara
etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik
buruknya suatu tindakan.
v Etika
khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah
cara, teori dan prinsip moral dasar”
Ø Etika
individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri
Ø Etika
sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota manusia
D. Pendapat dan Aliran dalam Etika
Etika Deontology
Deontolgi berarti kewajiban (duty) maksudnya bahwa
manusia ditekankan untuk berbuat baik. Menurut etika ini suatu tindakan
dikatakan baik bukan nilai berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan
itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya
sendiri.
Menurut Immanuel Kant (1764 – 1804), kemauan baik
harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam
menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama
dan menjadi kondisi dari segalanya.
Ada 2 pokok yang ditekankan oleh Kant:
v Tidak ada
di dunia ini yang dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik.
v Tindakan
yang baik adalah tindakan yang dijalankan demi kewajiban.
Etika Teleologis
Teori ini mengukur baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan yang mau dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan
oleh tindakan tersebut.
Ada 2 aliran etika teleologis
v Egoism
Menurut aliran yang dapat dinilai baik itu adalah
sesuatu yang memberi mandaat bagi kepentingan diri, kepada vakunya. Sebab itu
orang seperti ini disebut egoisme
v
Utilitarianisme
Paham ini menilai baik dan tidaknya, susila atau
tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau faedah yang
didatangkannya.
Dikenalkan ada 2 jenis yaitu:
Ø Utilisme
Individual
Paham ini menganggap seseorang boleh bersikap sesuai
dengan situasi yang menguntungkan dirinya. Jadi boleh berpura-pura hormat,
bersikap menjilat asalkan perbuatan membwa keuntungan bagi individu
Ø Utilisme
Sosial
Paham ini beranggapan demi untuk kepentingan orang banyak tidak ada
berdusta, tidak apa bermulut manis. Dipakai dalam kelangkaan politis atau
diplomatik
Egoism menilai baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan bagi diri sendiri, sedangkan utilisme
menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari
tindakan bagi banyak orang
Universitas
Berarti umum. Universalisme sebagai ajaran etika
berarti sesuatu dapat dinilai baik bila dapat memberikan kebaikan kepada orang
banyak. Universalisem berarti memikirkan kepentingan umum dimana kepentingan
individu tidak terpadat di dalamnya.
Intuitionisme
Berasal dari kata intuition: ilham, bisikan kalbu.
Paham ini berpendapat bahwa baik buruknya atau susah tidaknya dapat merupakan suatu
pertimbangan rasa yang timbul dari bisikan kalbu. Bukan merupakan pemikiran
secara analisis tapi dengan jalan perenungan dan semadi.
Menurut psikologi dan sosiologi, ada 2 sumber
kekuatan yang mempengaruhi perbuatan dan kelakuan seseorang:
Ø Ekstern : pengaruh pergaulan, ajaran/pendidikan,
kebudayaan
Ø Intern : pengaruh cara berpikir, karsa/kemauan,
insting, dan kejiwaan.
Hedonism
Berasal dari kiat hedone : pleasure : kesenangan.
Prinsipnya bahwa sesuatu dianggap baik sesuai dengan kesenangan yang
didatangkan. Jadi semua yang mendatangkan kesusahan dianggap tidak baik.
Pengatnut ajaran ini biasanya boros dan memburu
kesenangan tanpa melihat halal-haramnya
Eudemonisme
Berasal dari kata eudaemonisme : happy : bahagia,
dengan menitik beratkan pada rasa.
Prinsip ajaran menilai baik buruk sesuatu berdasarkan ada tidaknya
kebahagiaan yang didatangkan. Walau menempuh jalan yang susah tapi didapatkan
perasaan bahagia maka cara ini dianggap baik oleh aliran ini.
Altruisem
Berasal dari kata alteri : others : prinsipnya
mengutamakan kepentingan orang sebagai lawan kepentingan diri sendiri.
Tradisional
Berasal dari kata tradisional : kebiasaan,
adat-istiadat. Menurut paham ini susah tidaknya dinilai dari sebagai kebiasaan
atau adat istiadat yang berlaku. Apa
yang memperkukuh tradisi dianggap baik dan yang menentang dianggap tidak baik.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti
tempat tinggal yangbiasa, padang rumpt, kandang; kebiasaan, adat, watak,
perasaan, sikap, caraberpikir. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti
"timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Dalam bentuk
jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dalam arti terakhir inilah terbentuknya
istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Ada juga kata moral dari bahasa Latin yang artinya sama dengan
etika.
Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama,
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem
nilai.Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika
berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik
kedokteran, kodeetik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik
atau buruk. Etika menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan
refleksi bagisuau penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya
dengan filsafat moral.Amoral berarti tidak berkaitan dengan moral, netral etis.
Immoral berarti tidak bermoral, tidak etis. Etika berbeda dengan etiket. Yang
terakhir ini berasal dari kata Inggris etiquette, yang berarti sopan santun.
Perbedaan keduanya cukup tajam, antara lain: etiket menyangkut cara suatu
perbuatan harus dilakukan, etika menunjukkan norma tentang perbuatan itu.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlaku baik baik saat sendiri
maupun dalam kaitannya dengan lingkup sosial. Etiket bersifat relatif,
tergantung pada kebudayaan, etika lebih absolut. Etiket hanya berkaitan dengan
segi lahiriyah, etika menyangkut segi batiniah. Moralitas merupakan suatu
fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari
binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh
dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan
memunyai dua macam arti: keharusan alamiah(terjadi dengan sendirinya sesuai
hukum alam) dan keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau
tidak melakukan sesuatu). St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan
etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur
etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan
kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal
menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika .Etika memerlukan sikap kritis,
metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan
suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.Maksudnya etika melihat dari
sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
2. Amoral dan Immoral
Amoral adalah sebuah tindakan tidak bermoral yang
dilakukan oleh seseorang karena kurangnya pengetahuan, memiliki kealinan atau
belum cukup umur. Sedangkan immoral adalah tindakan tidak bermoral yang
dilakukan oleh seseorang walaupun orang tersebut sudah tahu bahwa hal tersebut
memang salah dan tetap melakukannya.
3. Etika dan Etiket
Etika dan etiket memiliki persamaan yaitu etika dan
etiket menyangkut tindakan dan prilaku manusia, etika dan etiket mengatur
prilaku manusia yang normatif. Sementara itu ada beberapa perbedaan pokok
antara etika dan etiket (lihat Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004:257):
a. Etika
menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang atau kelompok
tertentu. Etiket memberikan dan menunjukan cara yang tepat dalam bertindak.
Sementara itu etika memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika
menyangkut apakah suatu perbuatan bisa dilakukan antara ya dan tidak.
b. Etiket
hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Jadi etiket selalu berlaku ketika ada
orang lain. Sementara itu, etika tidak memperhatikan orang lain atau tidak.
c.
Etiket bersifat relatif. Dalam arti bahwa terjadi keragaman dalam
menafsirkan prilaku yang sesuai dengan etiket tertentu. Etika jauh lebih
bersifat mutlak. Prinsip etika bisa sangat universal dan tidak bisa ada proses
tawar menawar.
d. Etiket
hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementara etika lebih menyangkut aspek
internal manusia. Dalam hal etiket, orang bisa munafik. Tetapi dalam hal dan
prilaku etis, manusia tidak bisa bersifat kontradiktif.
4.
Moralitas
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas
dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Moralitas melibatkan kehidupan
sosial maupun nonsosial. Moralitas didasarkan atas hasrat almiyah seseorang,
untuk memperbaiki diri sendiri. Dan keinginan untuk mencapai cita-citanya.
5.
Subyektif .
Subyektif adalah cara berpikir yang terpengaruh oleh
atau berdasarkan keyakinan atau perasaan pribadi tidak berbasis terhadap fakta.
Sesorang yang lebih cenderung berpikir
Subyektif merupakan gaya berpikir yang dipengaruhi oleh atau berdasarkan
keyakinan pribadi atau perasaan, bukan berbasis pada fakta. Seseorang yang
kreatif bahkan memiliki banyak ide
didalam dirinya, itu semua karena dia memiliki kecenderungan subyektifitas, ini
semua terjadi karena pola pikirnya yang mampu berimajinasi dan menggambarkan
sebuah pemikiran atau informasi yang telah diterima. Namun demikian tidak semua
orang yang berpikir subyektif dapat menjadi penemu atau pencetus ide yang baik,
adakalanya mereka hanya mengembangkan berdasarkan apa yang mereka sudah pernah
ketahui apapun.
;
;
6.
Perbedaan etika Deskriptif, etika Normatif, dan Metaetika, hakekat etika
filosofi
a. Etika
Deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti
adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan
atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat
pada individu, kebudayaan atau subkultur tertentu, oleh karena itu, etika
deskriptif tidak memberikan pemikiran apapun, ia hanya memaparkan. Etika
deskriptif lebih bersifat netral. Sedangkan :
b. Etika
Normatif mendasarkan pendirinya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang
diterima sesorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia juga bisa
mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak. Etika normative berarti
sistem-sistem yang dimaksud untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam
mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk (Lorens Bagus, kamus filsafat,
1996:217).
c.
Metaetika adalah kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan
etis. Bahasa etis atau bahasa yang digunakan dalam bidang moral dikaji secara
logis. Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan 'baik' dan
'buruk'.
d. Etika
filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan malah dikenal sebagai
salah satu cabang filsafat yang paling tua. Etika filsafat merupakan ilmu,
tetapi sebgai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris, artinya ilmu yang
didasarkan pada fakta dan dalam pembicaraannya tidak pernah meninggalkan fakta.
Etika pada hakekatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak
memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan
pandangan-pandangan moral secara kritis. (Surajiyo:2005)
1.
Persamaan etika dan etiket
persamaan yang mendasar antara etika dan etiket,
persamaan itu adalah:
a). Etika dan etiket sama-sama menyangkut perilaku
manusia.
b). Etika dan etiket mengatur perilaku manusia
secara normative, yang artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru
karena sifat normatif ini kedua istilah memang sering gampang dicampur adukkan
2.
Perbedaan etika dan etiket
Dalam pembicaraan sehari-hari sering tidak bisa
dibedakan antara etika dan etiket. Dengan kata lain sering kedua istilah ini
dicampuradukkan. Keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang hakiki, perbedaan
tersebut adalah:
a). Etiket berkaitan dengan cara suatu perbutan yang
harus dilakukan. Misalnya jika anak menerima sesuatu dari orang lain, ia hartus
menggunakan tangan kanan. Dia akan dianggap melanggar etiket kalau ia
menggunakan tangan kiri untuk menerima sesuatu. Dengan kata lain, etiket adalah
tata krama atau sopan santun. Di dalamnya terkandung kumpulan cara-cara sikap
bergaul yang baik diantara orang-orang yang telah beradab. Jadi etiket lebih
membahas “apa yang sopan dan pantas”. Etika tidak terbatas pada cara yang
dilakukan dalam suatu perbuatan. Etika justru memberi norma tentang suatu
perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Dengankata lain, etika justru lebih
mendalam daripada etiket. Jadi etika justru menyangkut perbuatan itu sendiri,
sementara etiket berkaitan dengan cara suatu perbuatan dilakukan.
b). Etiket hanya berlaku dalam interaksi ataupun
relasi dengan sesama. Dengan kata lain bila tidak ada orang lain yang hadir dan
melihat sebagai saksi mata dalam melakukan perbuatan, maka etiket sebenarnya
tidak berlaku. Etika tidak bergantung akan hadirnya saksi, karena etika sendiri
merupakan nilai yang menjadi norma dan mendasari suatu tindakan.
c). Etiket bersifat relative, yang artinya bisa
berlaku dalam tempat, budaya, situasi tertentu namun tidak sama dalam tempat,
budaya dan situasi yang lain. Etika jauh bersifat mutlak, kerana berlaku
disetiap tempat, kebudayaan dan situasi serta tidak bisa ditawar-tawar atau
diberi dispensasi.
d). Etiket memandang manusia hanya dari segi
lahiriah saja, sedangkan etika justru menyangkut manusia dari segi mendalam.
Orang bisa saja mengikuti tata cara secara penuh dan diperlihatkan dalam
tindakan, akan tetapi batinnya justru bobrok dan penuh dengan kebusukan, banyak
orang yang nampaknya baik akan tetapi justru melalui kebaikan yang ia tunjukkan
dia justru mempunyai rencana yang jahat.
SUMBER
BUKU :
( Mohmmad A. Shomali.Relativisme Etika. Press
(ICAS), London: 2001)
(Sudirman Tebba. Etika Media Masa Indonesia. Ciputat
Pustala Irvan: 2008)
(Prof. dr. Nina W Syam M.S. Filsafat Sebagai Akar
Ilmu. Simbiosa Rekatama Media. Bandung : 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar