Senin, 19 Oktober 2015

MAKALAH AGAMA "TAQWA"



TUGAS MATA KULIAH AGAMA
TAQWA
(QS AN-NISA AYAT 1 DAN QS YUSUF AYAT 90)
Hasil gambar untuk LAMBANG POLTEKKES PALEMBANG
O
L
E
H

ENDAH KIRANA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2015



                                                        KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAH sayaucapkankepadaallahswt yang manasampaisaatinimasihdiberinyanikmatkesehatandankesempatansehinggadapatmenyelesaikantugas agama yang berjudul“ TAQWA (QS AN-NISA AYAT 1 DAN QS YUISUF AYAT 90)”
Solawatbesertasalamtakhenti-hentinyadantetaptersanjungkepadanabibesar Muhammad saw, yang manatelahmembawadarizaman yang jahiliakezaman yang saat modern saatini.
Takwa, menurutistilah, berasaldari kata waqayaqiwiqayatan yang artinyaberlindungataumenjagadiridarisesuatu yang berbahaya.Takwajugaberartitakut.
Sedangkanmenurutsyara, dalamKitabSyarahRiyadhusShalihin (1/290), SyeikhUtsaiminberkata, “Takwadiambildari kata wiqayah, yaituupayaseseorangmelakukansesuatu yang dapatmelindungidirinyadariazab Allah SWT.Dan, yang dapatmenjagaseseorangdariazab Allah SWT ialah (dengan) melaksanakanperintah-perintah Allah SWT danmenjauhilarangan-larangan-Nya.”
Banyakkesulitandanhambatan yang Penulishadapidalammembuattugasmandiriinitapidengansemangatdankegigihansertaarahan, bimbingandariberbagaipihaksehinggaPenulismampumenyelesaikantugasmandiriinidenganbaik, olehkarenaitupadakesempatanini,
Penulismenyimpulkanbahwatugasmandiriinimasihbelumsempurna, olehkarenaituPenulismenerima saran dankritik, gunakesempurnaantugasmandiriinidanbermanfaatbagiPenulisdanpembacapadaumumnya.







Daftar isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A.    LATAR BELAKANG................................................................................................3
B.     RUMUSAN MASALAH............................................................................................3
C.    TUJUAN......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A.    PENGERTIAN TAQWA..........................................................................................5
B.     KAITAN TAQWA DENGAN  (QS AN-NISA ayat 1 dan QS YUSUF ayat 90) .....................................................................................................................................7
C.    TAQWA MENURUT PARA ULAMA....................................................................................................................14
D.    CIRI-CIRI ORANG BERTAQWA.......................................................................16
E.     MANFAAT BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT...........................................19
F.     PENTINGNYA BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT....................................20
G.    DOA MEMOHON TAQWA KEPADA ALLAH SWT.................,,,,,,,,,,,,,.,,,,,,,,21
BAB II PENUTUP
H.    KESIMPULAN...........................................................................................................23
I.       SARAN.........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26










BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Sebagai agama islam sering kita mendengar kata taqwa dalam kehidupan sehari-hari. Taqwa merupakann salah satu bukti kecintaan kita kepada allah SWT, orang taqwa bisa kita lihat dengan cara-caran dia beribadah contohnya orang yang sering melakukan apa yang allah perintahkan itulah bukti kecintaannya kepada allah SWT,
Pengertian TaqwaDari segi bahasa berasal daripada perkataan “wiqayah”  yang diartikan “memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan baik dengan Allah SWT., memelihara diri daripada sesuatu yang dilarangNya.
 Melaksanakan segala titah perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.
Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui tentang
Taqwa dan apa pengertian taqwa ciri-ciri orang bertaqwa, pandangan taqwa dalam islam serta, surah-surah yang berhubungan dengan taqwa, dan manfaat taqwa kepada allah SWT,
Pemahaman yang baik tentang taqwa sangatlah penting karna kita sebagai umat muslim inilah salah satu bukti bahwa kita mengsyukuri nikmat allah dan selalu menghapkan ridhoNya,
Dalam perjalanan meraih darajat taqwa diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu, bisikan syaithaniyah yang sangat halus dan sering membuat manusia terpedaya. Sikap istiqamah dalam memegang ajaran Allah sangat diperlukan guna menghantarkan kita menuju darajat taqwa.
Semoga kita menjadi sebaik-baiknya manusia.
B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan taqwa?
2.      Apa saja surah yang berhubungan dengan taqwa?
3.      Pentingnya taqwa dalam agama islam?
4.      Manfaat bertaqwa kepada allah SWT?
5.      Ciri-ciri orang yang bertaqwa?

C.   TUJUAN
1.      Untuk mengetahui konsep dari taqwa
2.      Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
3.      Mengetahui ciri-ciri orang bertaqwa
4.      Mengetahui surah-surah yang berhubungan dengan taqwa
5.      Dapat mengetahui pentingnya orang yang bertaqwa
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN TAQWA

Dari segi bahasa berasal daripada perkataan “wiqayah”  yang diartikan “memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan baik dengan Allah SWT., memelihara diri daripada sesuatu yang dilarangNya. Melaksanakan segala titah perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.
Takwa, menurut istilah, berasal dari kata waqa yaqi wiqayatan yang artinya berlindung atau menjaga diri dari sesuatu yang berbahaya. Takwa juga berarti takut.
Sedangkan menurut syara, dalam Kitab Syarah Riyadhus Shalihin (1/290), Syeikh Utsaimin berkata, “Takwa diambil dari kata wiqayah, yaitu upaya seseorang melakukan sesuatu yang dapat melindungi dirinya dari azab Allah SWT. Dan, yang dapat menjaga seseorang dari azab Allah SWT ialah (dengan) melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Taqwa juga diarikan,

TAQWA secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan menjauhi larangan. Kepada  allah SWT, maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-nya banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar kita ada beberapa orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di tempat umum, ada juga yang sudah berpuasa tapi masih suka melirik kanan-kiri
. Ya... Allah, manusia..., manusia.., sebernarnya banyak contoh bagaimana lingkungan di sekitar kita atau mungkin diri saya pribadi masih belum mampu mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya.

TAQWA = Terdiri dari 3 Huruf
Ta = TAWADHU'  artinya sikap rendah dirii (hati), patuh, taat baik kepada aturan Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan menyombongkan diri / sok.
Qof = Qona'ah artinya Sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek, baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau teguran dari Allah SWT, harus di syukuri dengan hati yang lapang dada.
Wau = Wara' artinya Sikap menjaga hati / diri (Introspeksi), ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang dilarang) oleh Allah SWT.
beberapa ulama mendifinisikan dengan :
Taqwa =  dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT.
Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT.
Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat syetan.
Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahw diri kita makhluk ciptaan Allah sehingga apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini.
"Hai Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama islam." (Al-Imron : 102)
Masih di bulan ramadhan, mudah-mudahan artikel ini bisa menambah rasa iman dan taqwa kita khususnya saya sendiri kepada yang maha esa (Allah Subhanallahu Ta'ala).
pelajaran dasar-dasar agamanya yang diambil  dari cuplikan-cuplikan syiah dari ustadz-ustadz sekitar kita.
Sebuah hadits tentang kewajiban belajar, yang menurut beberapa tokoh ulama kurang shahih bahkan dianggap hadits palsu, namun justru terkenal dan mampu mendapatkan voting serta ranking terbanyak dikalangan umat muslim.


B.     Kaitan taqwa dengan (QS AN-NISA AYAT 1 dan  QS YUSUF AYAT 90)
v  Qs an-nisa ayat 1
     Surah An-Nisaa'

يا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ واحِدَةٍ وَ خَلَقَ مِنْها زَوْجَها وَ بَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثيراً وَ نِساءً وَ اتَّقُوا اللَّهَ الَّذي
تَسائَلُونَ بِهِ وَ الْأَرْحامَ إِنَّ اللَّهَ كانَ عَلَيْكُمْ رَقيباً (1)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan- mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan) mempergunakan (nama- Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan) peliharalah (hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.( 1 )
Iman dan taqwa dalam beberapa ayat al Qur’an maupun hadits Nabi disebutkan antara lain dikaitan dengan rukun iman, manifestasi iman, tanda-tanda orang yang beriman, penghargaan atau janji Allah pada orang-orang yang beriman sebagai berikut:
Pemahaman QS AN-NISA ayat 1, kita dapat megambil hikmah antara lain sebagai berikut:
·         Pertama, menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik sebatas kemanusiaannya, sebab manusia dengan keterbatasannya berusaha untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan petunjuk Allah SWT;
·         Kedua, menumbuhkan rasa kagum, iman dan taqwa kepada Allah melalui sifat-sifatNya Yang Agung, dengan demikian kita merasa sebagai makhluk kecil, lemah, tidak berdaya, hanya Allah Yang Maha Besar dan Maha Segalanya;
·         Ketiga, menempatkan diri sebagai hamba Allah yang taat dan senantiasa berbuat baik, sebab Allah menyediakan balasan bagia siapa saja yang taat dengan balasan tertentu maupun yang ma’shayat kepadaNya akan mendapat adzabNya;
·         Keempat, menumbuhkan rasa kasih sayang, menghormati sesama, jujur, pemaaf, ehingga sikap dan perilaku kita akan terkontrol dengan baik;
·         Kelima, mengingat Allah kapan dan di mana saja kita berada.
·         Keenam, kita harus bertaqwa kepada sang pencipta guna untuk bersyukur dan berserah diri kepadaNya
·         Ketujuh, menjaga tali silaturahmi terhapap sesama khususnya umat muslim dandilarang bertentangan
·         Kedelapan, selalu menjada keharmonisan guna membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah guna mewujudkan kehidupan yang tentram.
Hal ini berkaitan dengan rukun iman
Rukun iman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِوَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya” (al Nisa’: 136 ).
Dari ayat diatas menunjukan jika seseorang tidak bertaqwa maka dia dikatakan tidak beriman kepada Allah SWT, adapun bagi orangberiman dan bertaqwa ada balasannya diakhirat kelak ialah surga.
Demikian pula pengertian taqwa dikaitkan pula dengan tanda-tanda orang yang bertaqwa atau manifestasi taqwa serta penghargaan Allah terhadap orang-orang yang bertaqwa sebagai berikut:
Tanda orang bertaqwa:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِين عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali Imran: 134)
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135)
Artinya:
 135.Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.(QS. Ali Imran:135)
Begitu pula dengan taqwa mereka yang bertaqwa ada balasan dari allah SWT, berupa surga.
Penghargaan bagi mereka yang bertakwa:
أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)
Artinya:
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.(al Imran:136)
 إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).(al Hijr: 45)
Taqwa kepada Allahmerupakan pokok keimanan yang menjiwai rukun iman lainnya yakni suatu kepercayaan yang mantap dan kepercayaan itu menyebabkan orang tersebut melakukan kehidupannya sesuai dengan ketaqwaannya itu.
Ketaqwaan seseorang tidak dapat diketahui dari kepercayaan dan ucapannya saja,ketaqwaan  seseorang dapat diketahui dari perbuatannya dalam menjalani hidup.
Karena itu dalam sejumlah ayat al Qur’an disebutkan bahwa kata iman senantiasa diikuti dengan “amal shalih”. Dari perilaku tersebut sebatas manusia dapat mengenali bagaiman kualitas taqwa seseorang yang jelas berbeda dengan ukuran Allah Yang Maha Tahu.
Dari aqidah inilah dibangun syari’ah dan etika moral yang menjadikan kesempurnaan hidup manusia sebagai hamba Allah yang mampu melakukan hubungan vertikal dengan benar dan baik kepada Dzat Yang Maha Sempurna, dan melakukan hubungan baik dengan sesama manusia.

Ø  QS YUSUF ayat 90

(90). قَالُواأَإِنَّكَلَأَنْتَيُوسُفُۖقَالَأَنَايُوسُفُوَهَٰذَاأَخِيۖقَدْمَنَّاللَّهُعَلَيْنَاۖإِنَّهُمَنْيَتَّقِوَيَصْبِرْفَإِنَّاللَّهَلَايُضِيعُأَجْرَالْمُحْسِنِينَ
Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?" Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik".
Kandungan dari surah yusuf diatas menjelaskan, Dia berkata, “ apakah kamu mengetahui apa yang telah kamu lakukan teradap yusuf dan saudaranya yang ketika itu kamu orang-orang  yang tidak mengetahui ?” meraka berkata, “apakah engkau benar-benar yusuf?” dia menjawab,“aku lah yusuf dan ini saudaraku. Sungguh allah telah melimpah kankarunia-Nya kepada kami.”seesungguh nya siapa yang bertakwa dan yang bersabar , maka sesungguhnya allah tidak menyia-nyiakan ganjaran al-muhsinin (orang orang yang baik).
Hati yusuf as. Sungguh luluh mendengar dan melihat saudara-saudaranya. Ketika itu lah ia berkata sedikit mengecam, ”apakah kamu mengetahui keburukan apa yang kamu lakukan terhadap yusuf dan saudaranya yang ketika itu kamu adalah orang orang yang tidak mengetahui keburukan perbuatan kamu itu ?” mendengar ucapan itu, segera terbayang dalam benak mereka yusuf as. ,teringat pula ayah mereka yang tak pernah berputus asa menyangkut yusuf as. Maka, dengan perasaan bercampur baur, mereka berkata, “apakah engkau benar-benar yusuf?” dia menjawab dengan ramah “akulah yusuf dan ini saudara kandungku, benyamin” sungguh allah melimpahkan karunianya kepada kami sehingga aku dan dia dapat bertemu dalam keadaan yang sangat membahagiakan. Ini adalah imbalan allah swt. Atas kesabaran dan ketakwaan kami. “sesungguhnya siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya allah tidak menyia-nyiakan ganjaran buat mereka karena mereka termaksud al-muhsinin, yakni yang mantap kebijakannya”.
yusuf as. Berkata “apakah kamu mengetahui apa yang telah kamu lakukan terhadap yusuf dan saudaranya “ merupakan kencaman halus, walaupun beliau tidak merinci keburukan mereka. Seandainya seseorang yang tidak berbudi luhur, niscaya ketika itu akan tertumpah segala macam makian dan balas dendam. Apalagi jika yang bekuasa seperti yusuf as. Dan yang dihadapi dalam keadaan lemah dan hina. tetapi, yusuf as. Tidak memperlakukan saudara-saudaranya seperti  itu, bahkan beliau menyebut dalih yang dapat mereka gunakan yang beliau nilai itulah sebab sikap buruk mereka yaitu ketika itu kamu adalah orang-orang yang tidak mengetahui.
  Jawaban yusuf as. Yang menyatakan “ya, anda benar” dan semacamnya memberi kesan tentang betapa pahit yang dialami nya masa lalu sejak ia di lempar kesumur. ”aku adalah yusuf yang kalian aniaya berbagai cara,”. Itu pula sebab nya ia menunjukan kepada mereka saudaranya walaupun mereka telah mengenalnya. Dia berkata “dan ini saudaraku yakni yang juga kamu perlakukan tidak wajar”. Namun itu semua yusuf as mengatakannya dengan cara yang sangat halus karena keluhuran budinya.
Allah swt.. telah berfirman yang bermaksud:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.” (Al-Hujurat:13)
“Sesungguhnya Kami telah berwasiat (memerintahkan) kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu, bertaqwalah kepada Allah.” (An Nisa: 131)

Taqwa juga adalah wasiat Rasulullah SAW kepada umatnya. Baginda bersabda yang maksudnya:
“Aku berwasiat kepada kamu semua supaya bertaqwa kepada Allah, serta dengar dan patuh kepada pemimpin walaupun dia seorang hamba Habsyi. Sesungguhnya sesiapa yang hidup selepas aku kelak, dia akan melihat pelbagai perselisihan. Maka hendaklah kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk selepasku.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Termizi dan Majah)
Sabda Baginda lagi, Maksudnya:
“Hendaklah kamu bertaqwa di mana sahaja kamu berada. Ikutilah setiap kejahatan (yang kamu lakukan) dengan kebaikan, moga-moga kebaikan itu akan menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (Riwayat At Termizi dan Ahmad)
Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi, Wiqayatan, yang bererti perlindungan. Taqwa bererti melindungi diri dari segala kejahatan dan kemaksiatan. Pengertian taqwa diantaranya adalah “Imtitsalu awamiriLLAH wa ijtinabu nawahiHi” atau melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam suatu riwayat yang sahih disebutkan bahawa Umar bin Khattab r.a. bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka’ab r.a. tentang taqwa.
Ubay bertanya kembali, “Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri?”
“Ya”, jawab Umar
“Apa yang anda lakukan saat itu?”
“Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.”
“Itulah taqwa.” kata Ubay bin Ka’ab r.a.
Berdasar dari jawaban Ubay atas pertanyaan Umar, Sayyid Quthub berkata dalam tafsir Azh-Zhilal,
“Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus selalu waspada dan hati-hati jangan sampai sampai terkena duri jalanan… Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekhuatiran dan keraguan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak wajar untuk ditakuti… dan masih banyak duri-duri yang lainnya.”
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan dalam buku Ruhaniyatud Daiyah, berkata
“Taqwa lahir dari proses dari keimanan yang kukuh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut dengan azab Allah serta berharap atas limpahan kurnia dan maghfirahnya.”
Sayyid Quthub juga berkata
“Inilah bekal dan persiapan perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya selalu terjaga, waspada, hati-hati serta selalu dalam konsentrasi penuh… Bekal cahaya yang menerangi liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang yang bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan sesuatu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar… Itulah bekal penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketenteraman, bekal yang membawa harapan atas kurnia Allah; di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna…”
Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada Allah SWT.. Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.. Firman Allah swt. yang bermaksud:
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat: 13)
Kemuliaan bukan terletak samada dia lelaki atau perempuan, kehebatan suku bangsa dan warna kulit, namun kerana ketaqwaannya. Mereka yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh harap kepada Allah, takut kepada azabNya, ihsan dalam beribadah, khusyuk dalam pelaksanaannya, penuh dengan doa. Allah swt. juga menyebutkan bekal hidup manusia dan pakaian yang terbaik adalah taqwa.
C.     TAQWA MENURUT PARA ULAMA 

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai KPI taqwa, iaitu ;
1.  Mu’ahadah
Mu’ahadah berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt., bahawa dia akan selalu beribadah kepada Allah swt. Seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan”
Dalam perjanjian itu, manusia mengakui Allah pencipta sekalian manusia dan juga pentadbir mutlak alam semesta. Perjanjian itu kemudian dirakamkan Allah melalui firman-Nya yang bermaksud:
"Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun temurun) dari (tulang) belakang manusia, dan Dia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri (sambil Dia bertanya dengan firman-Nya): Bukankah Aku Tuhan kamu? Mereka semua menjawab: Benar, (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi. Yang demikian itu supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat: Sesungguhnya kami lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini." (Surah al-A’raf, ayat 172)
2. Muraqabah
Muraqabah berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan selalu menyedari bahawa Allah swt. selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan pada waktu apa sahaja. Terdapat beberapa jenis muraqabah, pertamanya muraqabah kepada Allah swt. dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya. Kedua muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total. Ketiga, muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmatNya. Keempat muraqabah dalam mushibah adalah dengan redha. atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran.
3. Muhasabah
Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr: 18,
“Wahai orang-orang yang ber­iman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan se­tiap diri, apalah yang telah diper­buatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada Allah! Sesung­guhnya Allah itu Maha Menge­tahui apa jua pun yang kamu kerjakan”
Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan redha. Allah? Atau apakah amalnya dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?
Umar bin Khattab r.a. berkata,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang sedikitpun.”
4. Mu’aqabah
Mu’aqabah ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri apabila melakukan kesilapan ataupun kekurangan dalam amalan. Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim melakukan ciri ketiga iaitu muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan atau pukulan memudaratkan, sebaliknya bermaksud Muslim yang insaf dan bertaubat berusaha menghapuskan kesilapan lalu dengan melakukan amalan lebih utama meskipun dia berasa berat.dalam Islam, orang yang paling bijaksana ialah orang yang sentiasa bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh. Disebutkan, Umar bin Khattab pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan solat Asar berjamaah. Maka beliau berkata,”Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang sudah solat Asar. Kini kebunku aku kujadikan sedekah untuk orang-orang miskin.”
Suatu ketika Abu Thalhah sedang solat, di depannya lewat seekor burung lalu ia melihatnya dan lalai dari solatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau solat. Kerana kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang miskin sebagai denda terhadap dirinya atas kelalaian dan ketidakkhusyukannya.
5. Mujahadah
Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 69 adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya.
Sebagai penutup, Allah swt. telah berfirman dalam Al-Quran yang bermaksud:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan di dalam keadaan Islam”. (‘Ali Imran: 102)
Semoga kita lebih serius membangunkan KPI TAQWA dalam kehidupan kita.
D.    CIRI-CIRI ORANG YANG BERTAQWA
Taqwa menjadi kriteria penilaian Allah terhadap kemuliaan manusia. Manusia dinilai mulia oleh Allah bukan berdasarkan rupa, pintar bodoh, kaya miskin, asal usul, suku bangsa dan sebagainya, melainkan hanya dari ketaqwaannya
“….Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” ~ Al Hujuraat (49) : 13
Al Qur’an juga menjelaskan bahwa orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang disukai Allah, sebagaimana firman-Nya:
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” ~ Ali Imran (3) : 76 ~
Jadi sebenarnya tujuan utama hidup adalah menjadi orang yang bertaqwa, karena orang bertaqwa lebih mulia di akhirat seperti firmanNya:
“Kehidupan di dunia dijadikan lebih indah dalam pandangan orang-orang
kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberikan rizki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas. ~ Al Baqarah (2) : 212 ~
Dan di hari kiamat Allah mendekatkan surga kepada orang-orang yang bertaqwa:
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hari yang bersih dan (di hari itu) didekatkanlah surga kerpada orang-orang yang bertaqwa” ~ Asy Syu’araa’ : 89 – 90 ~
Sangat sering kita mendengar anjuran dalam tausiah atau khotbah untuk menjadi manusia yang bertaqwa. Lalu apa sebenarnya ciri-ciri orang yang bertaqwa? Nah menurut Al-Qur’an ada sedikitnya 10 ciri atau kebiasaan yang menjadikannya orang yang bertaqwa. Kalau anda sudah memiliki 10 ciri, kebiasaan atau sifat yang merupakan persyaratan MINIMUM untuk dianggap bertaqwa, maka insya Allah anda tergolong orang yang dicintai Allah. Ini 10 ciri-ciri atau intisari ajaran taqwa:
·         . Bersegera memohon ampunan Allah bila berbuat dosa dan mudah meminta maaf  kepada  sesama manusia(tidak gengsi)
·         Mau berinfaq/sedekah dalam keadaan lapang maupun sempit (Tidak pelit)
·         Bisa menahan amarah (Tidak ngambekan/emosian)
·         Mudah memaafkan kesalahan orang lain (Tidak pendendam)
·         . Senantiasa melakukan kebaikan atau berbuat baik (Tidak jahat)
Kelima ciri di atas diambil dari surat Al-Qur’an – Ali ‘Imran (3) : 133 – 135 sebagai berikut:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” ~ Al-Qur’an – Ali ‘Imran (3) : 133 – 135 ~
·         . Selalu menepati janji – “Bukan demikian, sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa” ~ Ali Imran (3) : 76 ~
·         Bersabar dalam menerima cobaan – “ …. Orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang yang bertaqwa” ~ Al Baqarah (2) : 177 ~.
Surah dan ayat Al-Qur’an tersebut di atas (Al Baqarah : 177) secara keseluruhan merupakan ‘Pokok Pokok Kebajikan’ dan merupakan kriteria terinci mengenai orang yang bertaqwa. (Silahkan baca)
·         Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi – “Negeri akhirat itu, kamijadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” ~ Al Qashash (28) : 83 ~
·         Selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) dengan menggunakan akal – “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya” ~ Al Ahzab (33) : 41
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” ~ Ali Imran (3) : 190 – 191 ~
Berzikir (mengingat Allah) itu itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan shalat wajib dan sunnah, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, mendengarkan siaran-siaran tausiah, menghadiri majelis taklim, pengajian, membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
·         Selalu berhati-hati dalam setiap tindakan karena takut terhadap azab Allah – “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” ~ Al An biyaa’ (21) : 48 – 49 ~
Itulah MINIMAL ciri-ciri orang yang bertaqwa menurut Al Qur’an …… Dan bagi mereka yang bertaqwa dan berbuat kebaikan ini sungguh kehidupan di dunia akan senantiasa dalam lindungan Allah SWT, karena Allah menjanjikan bahwa Allah selalu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang berbuat kebaikan ~ An Nahl (16) : 128 ~
Sudah sangat jelas pengajaran tentang bertaqwa …. Kini kita sudah paham, maka wajib kita laksanakan …. Semoga kita semua tergolomg orang yang bertaqwa.

E.     MANFAAT TAQWA KEPADA ALLAH SWT
Takwa adalah salah satu perintah Allah SWT yang banyak disebutkan dalam Al-Qur`an (208 ayat, 226 kata) dan Al-Hadits, mengingat hal tersebut merupakan salah satu kunci untuk menggapai rahmat Allah SWT, guna menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Melalui Al-Qur`an-Nya, Allah SWT juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang-orang yang bertakwa tidak hanya dapat dirasakan di akhirat kelak, tetapi buahnya dapat pula dinikmati sejak kita masih hidup. Bahkan dalam Surah Ath-Thalaq Allah SWT mengemukakan bahwa takwa merupakan solusi dari berbagai himpitan hidup yang menghimpit. Dan di akhirat kelak mereka akan memasuki surga yang luasnya seluas langit dan bumi (lihat QS. Ali Imran [3]: 133)

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan- mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan) mempergunakan (nama- Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan) peliharalah (hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.( 1 )
A. Langkah-langkah Metodologis
 Untuk bisa menjelaskan implikasi taqwa terhadap pendidikan, penulismenempuhnya melalui tiga cara, yaitu :
·         Pertama
mengumpulkan ayat-ayatAlqur¶an yang berkenaan dengan taqwa, mengelompokkan dan memberi makna berdasarkan tema, kemudian mengambil inti sari (essensi) makna taqwa.
·         Kedua
memahami landasan filosofis, teoritis, dan hakekat pendidikan
·         ketiga
menjelaskan hubungan makna taqwa yang dimaksud dalam Alqur¶an dengan yangmenjadi prinsip dasar atau hakekat pendidikan. Berdasarkan tiga langkah dan alur  pikir inilah penulis menyusun makalah ini.

F.     PENTINGNYA TAQWA KEPADA ALLAH SWT
1. Takwa adalah kunci keberuntungan di dunia dan akhirat
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imra [3]:130)
2. Takwa mengundang limpahan berkah dan rahmat Allah SWT
Allah SWT berfirman, “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf [7]:96)
Dia juga berfirman, “Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf [7]:156)

3. Takwa adalah kunci mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah SWT
Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal [8]:29)
Dia juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid [57]:29)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah [9]:4&9)

4. Takwa adalah solusi    
Allah SWT berfirman,
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:2-3)
Dia juga berfirman, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:4)

5. Orang paling mulia adalah orang bertaqwa                 
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]:13)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, telah ditanyakan kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia?” Rasulullah Saw menjawab, “Orang yang paling bertakwa.” (Muttafaq ‘Alaihi)



G.    DOA MEMOHON TAQWA  KEPADA  ALLAH
Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata, “Nabi SAW senantiasa berdoa dengan Allâhumma innî as’alukal hudâ wat tuqâ wal ‘afâf wal Ghinâ (Ya Allah, aku mohon pada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri (dari perbuatan hina) dan kekayaan).” (HR. Muslim)
Takwa merupakan wasiat Allah kepada seluruh umat, baik generasi pertama maupun generasi akhir. Allah Ta’ala berfirman, “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada dilangit dan yang dibumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah) sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah, dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. An-Nisa: 131)
Allah Ta’ala berfirman,
Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kalian. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Ath-Thalaq [65]:5)
Takwa kepada Allah merupakan salah satu sebab utama dihapuskannya dosa manusia. Di samping itu, takwa juga menjadi sebab diraihnya pahal yang besar dan masuknya seseorang ke dalam surga.


























BAB III
PENUTUP
H.    KESIMPULAN
Takwa adalah salah satu perintah Allah SWT yang banyak disebutkan dalam Al-Qur`an (208 ayat, 226 kata) dan Al-Hadits, mengingat hal tersebut merupakan salah satu kunci untuk menggapai rahmat Allah SWT, guna menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Melalui Al-Qur`an-Nya, Allah SWT juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang-orang yang bertakwa tidak hanya dapat dirasakan di akhirat kelak, tetapi buahnya dapat pula dinikmati sejak kita masih hidup. Bahkan dalam Surah Ath-Thalaq Allah SWT mengemukakan bahwa takwa merupakan solusi dari berbagai himpitan hidup yang menghimpit. Dan di akhirat kelak mereka akan memasukisurga yang luasnya seluas langit dan bumi (lihat QS. Ali Imran [3]: 133)
Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada Allah SWT.. Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.. Firman Allah swt. yang bermaksud:
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat: 13)
Kemuliaan bukan terletak samada dia lelaki atau perempuan, kehebatan suku bangsa dan warna kulit, namun kerana ketaqwaannya. Mereka yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh harap kepada Allah, takut kepada azabNya, ihsan dalam beribadah, khusyuk dalam pelaksanaannya, penuh dengan doa. Allah swt. juga menyebutkan bekal hidup manusia dan pakaian yang terbaik adalah taqwa.






I.       SARAN
Takwa merupakan wasiat Allah kepada seluruh umat, baik generasi pertama maupun generasi akhir. Allah Ta’ala berfirman, “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada dilangit dan yang dibumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah) sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah, dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. An-Nisa: 131)
Allah Ta’ala berfirman,
. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Ath-Thalaq [65]:5)
Takwa kepada Allah merupakan salah satu sebab utama dihapuskannya dosa manusia. Di samping itu, takwa juga menjadi sebab diraihnya pahal yang besar dan masuknya seseorang ke dalam surga.
Penulis mintak maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan kata dan makalah ini jauh dari kata sempuna, semoga bermanfaat
















DAFTAR PUSTAKA